♥Wonderfull of Math♥
Jumat, 12 April 2013
Kamis, 03 Januari 2013
Notasi,Prinsip dan Konjektur
I.
NOTASI
Notasi
adalah lambang – lambang matematis yang
telah disepakati yang mempunyai makna tertentu.
Contoh :
1)
Notasi yang berkaitan
dengan obyek (misalnya himpunan, matriks,vector)
2)
Notasi yang berkaitan
dengan operasi atau pengerjaan (misalnya +, -,×, : , dan p
)
3)
Notasi yang berkaitan
dengan hubungan unsur- unsur ( misalnya = ,
>, < , , |
)
4)
Notasi yang berkaitan
dengan pernyataan yang menjelaskan ( misalnya FPB a dan b di tulis dengan
(a,b), KPK a dan b ditulis dengan [a,b]
)
5)
Notasi yang berkaitan dengan himpunan, yaitu :
N : Himpunan bilangan asli { 1, 2,
3 …. }
Z : Himpunan
bilangan bulat { …, -2, -1 , 0, 1, 2, …}
Z+ : Himpunan bilangan
bulat positip
: { 1, 2, 3,… }
: { x Î Z |
x > 0 }
: { x Î Z |
x ³ 1 }
Q : Himpunan bilangan rasional
: { |
a, b Î
Z dan b
¹
0 }
Q+ : Himpunan bilangan
rasional positif
: { x Î Q |
x > 0 }
R : Himpunan bilangan Real
R+ : Himpunan bilangan
real positif
: { x Î
R |
x > 0 }
R- : Himpunan bilangan
real negatif
: { x Î
R |
x < 0 }
P : Himpunan bilangan prima
C : Himpunan bilangan kompleks
: { x + yi | x, y Î
R, i2 = -1 }
C*: Himpunan bilangan
kompleks tidak nol
Beberapa notasi
yang lain terdapat di dalam uraian- uraian yang terkait dengan definisi dan
penjelasan di dalam pembahasan. Notasi yang berkaitan dengan penjumlahan yaitu (sigma) artinya penjumlahan berulang dan p
(pi) artinya perkalian berulang.
Contoh:
1) = 1+2+3+4 =10
= 3.12 + 3.22 + 3.32 + 3. 42 + 3.52
= 165
3) = 22
+ 23 + 24 + 25 + 26 + 27
= 128
4) = 2(3) + 2(4) + 2(5) + 2(6)
= 18 +
32 + 50 + 72
= 172
5) =
1.2.3.4.5.6 = 720
6) = 21.22.23
= 64
Batas atas dan batas bawah dari dan p
dapat di tentukan sembarang bilangan bulat dimana:
·
Batas bawah tidak
selalu 1, tetapi bilangan bulat sebarang
·
Batas atas tidak boleh
kurang dari batas bawah
·
Huruf i yang digunakan
sebagai indeks, disebut variabel dummy, dan huruf i dapat diganti oleh sebarang
huruf lain.
Di dalam mencari nilai dan p
perlu di perhatikan bahwa yang berturut-
turut dig anti adalah variabel dummy.
Adapun beberapa notasi lain yang
penting adalah :
·
a |
b : a membagi b, a factor
b, b habis dibagi a, b mempunyai factor a
·
(a,b) :
faktor persekutuan terbesar dari a dan b
·
[a,b] : kelipatan persekutuan
terkecil dari dari a dan b
·
min(x,y) : nilai yang terkecil dari x dan y
·
max(x,y) : nilai yang terbesar dari x dan y
·
[x] : bilangan bulat terbesar
kurang dari atau sama dengan x
·
f(n) : fungsi f-Euler
dari n
·
:
fungsi jumlah pembagi
I.
PRINSIP
Prinsip
adalah aturan atau sifat yang di pakai sebagai dasar atau landasan
dalam pembuktian. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma atau dalil yang
diambil untuk di gunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa prinsip
yang akan digunakan dalam uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip
induksi matematis, dan prinsip logika matematis.
A.
Prinsip
Urutan
Dari dua
bilangan bulat a dan b , a dapat di tentukan hubungan antara a dan b,
yaitu a atau a Hubungan
ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan rasional atau bilangan nyata.
Dengan menggunakan lambang atau himpunan bilangan bulat positif Z+ Ì Z
dapat dinyatakan sebagai :
Z+
= { x Î
Z |
x ³ 1 } atau
Z+ = { t Î
Z |
t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional
positif dan himpunan bilangan nyata positif, ternyata Q+ dan R+
tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambang ,
yaitu:
Q+
= { sÎ Q|
s > 0 } dan R+ = { r Î
R|
r > 0 }
Berbeda dengan Q+ ,
R+ dan Z+
mempunyai sifat bahwa setiap A Ì
Z+ dan A f,
tentu ada bilangan bulat k Î
A sehingga k x untuk
semua x Î A ; k disebut elemen terkecil.
Keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q+ dan R+.
keadaan inilah yang membedakan Z+ dari Q+ dan R+
Prinsip urutan
menyatakan bahwa:
Suatu
himpunan S disebut terurut jika setiap X Ì
S dan X f,
maka X mempunyai elemen( unsur) terkecil.
Contoh:
1) Himpunan
bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N yang tidak
kosong mempunyai unsur terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N yang
tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil.
2) Himpunan
bilangan rasional positif Q+
adalah tidak terurut karena ada himpunan bagian dari Q+ yang tidak
kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil, misalnya :
X
= { 1, , …}
3) Himpunan
A = { 3, 4, 5, 6, 7 } adalah terurut sebab setiap X Ì
A dan X f,
maka X mempunyai elemen terkecil.
4) Himpunan
B = {-6,-5,-4….} adalah terurut.
B.
Prinsip
Logika Matematis
Terdapat empat
prinsip logika yang perlu mendapatkan perhatian terutama untuk membahas
sifat-sifat di dalam teori bilangan. Dua prinsip pertama berkaitan dengan
kuantor dan dua prinsip yang lain berkaitan dengan implikasi.
(a) Pernyataan Berkuantor
Pernyataan
“Setiap x memenuhi y” tidak dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contoh x
yang memenuhi y. sebagai peragaan, pernyataan setiap bilangan prima adalah
bilangan ganjil tidak dibuktikan dengan memberikan contoh atau kasus
sebanyak-banyaknya.
11 adalah
bilangan prima dan 11 adalah bilangan ganjil
13 adalah
bilangan prima dan 13 adalah bilangan ganjil
17 adalah
bilangan prima dan 17 adalah bilangan ganjil
7 adalah
bilangan prima dan 7 adalah bilangan ganjil
23 adalah
bilangan prima dan 23 adalah bilangan ganjil
19 adalah
bilangan prima dan 19 adalah bilangan ganjil
5 adalah
bilangan prima dan 5 adalah bilangan ganjil
31 adalah
bilangan prima dan 31 adalah bilangan ganjil
Dengan delapan
contoh di atas apakah sudah ada jaminan bahwa setiap bilangan prima adalah
bilangan ganjil? Bagaimanakah jika contoh-contohnya ditambah dengan 37, 41, dan
53? Ternyata tidak setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil karena 2 adalah
bilangan prima dan 2 adalah bilangan tidak ganjil (bilangan genap).
Tidak berlakunya
pernyataan “Setiap x memenuhi y” dapat ditunjukkan dengan memberikan satu
contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Contoh semacam ini disebut dengan contoh
kontra (counter example). Sebagai peragaan yang lain, tidak berlakunya sifat
setiap bilangan bulat yang tidak positif adalah bilangan bulat negatif dapat
ditunjukkan dengan memberikan suatu contoh yaitu bilangan 0 (nol) adalah
bilangan bulat yang tidak positif tetapi bukan bilangan negatif.
Pernyataan
“Tidak setiap x memenuhi sifat y” dapat dibuktikan dengan memberikan satu
contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Sebagai peragaan, pernyataan tidak semua
bilangan asli n habis dibagi oleh 3 dapat ditunjukkan kebenarannya dengan
memberikan suatu contoh yaitu bilangan asli 5 ( atau yang lain) yang tidak
habis dibagi oleh 3.
(b) Bukti Langsung
Pembuktian secara langsung dilakukan berdasarkan pernyataan p yang
diketahui, p diproses dengan sifat-sifat yang telah berlaku, akhirnya diperoleh
pernyataan q. Pernyataan “Jika p maka q” dapat dibuktikan dengan mendasarkan
pada pernyataan p yang diketahui kemudian diarahkan untuk memperoleh pernyataan
P1, P2, P3, …, Pn.dan akhirnya diperoleh q.
p → P1 →P2 → P3 → …→ Pn→ q
Prinsip modus ponens dan prinsip silogisme memberikan dasar
konstruksi pembuktian langsung. Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p
→ q
p
¾¾¾¾
Jadi
q.
Prinsip
modus ponens adalah sebagai berikut.
p → q
q → r
¾¾¾¾
Jadi p → r
Pernyataan
“Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil” dapat dibuktikan secara
langsung. Dalam suatu dalil, pernyataan
jika ac membagi bc, maka a membagi b bersesuaian dengan diketahui ac membagi
bc, harus dibuktikan a membagi b. Jadi, berangkat dari ac membagi bc sebagai
hal yang diketahui, kemudian diproses dengan definisi, dalil, dan aksioma yang
sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya terbukti a membagi b.
(c)
Bukti Tak langsung
Pembuktian tak langsung dapat dilakukan
dengan prinsip kontraposisi ataupun kontradiksi.
►Pembuktian
dengan prinsip kontraposisi
Dasar
pembuktian tersebut adalah prinsip modus tollens berikut.
p ® q
~q
¾¾-¾¾
Jadi ~p
Dalam pembuktian yang dilakukan dengan
prinsip kontraposisi, untuk membuktikan p®q,
mula-mula dianggap bahwa q tidak benar, dan ternyata menghasilkan ~ p.
Hal ini berarti jika p benar maka q benar.
Pernyataan
” Misalkan a bilangan real, dan a ³ 0 . Jika untuk setiap e > 0 berlaku 0 £ a <e maka
a = 0 ” dapat
dibuktikan secara tak langsung.
Bukti:
Andaikan 0 £ a< e dan a ¹ 0. Dari
a³
0 dan a ¹ 0 diperoleh a > 0 . Karena
e
sebarang bilangan positif, ambil e = > 0, maka e < a
atau a > e. Hal
ini bertentangan dengan pengandaian. Jadi yang benar, 0
£
a <e dan
a = 0 .
(b)
Pembuktian Dengan Kontradiksi
Untuk membuktikan bahwa ” p ® q” benar, ditunjukkan bahwa ”p dan ~q”
mengakibatkan sesuatu pertentangan. Prinsip kontradiksi dalam pembuktian tak
langsung adalah sebagai berikut.
[~ p ® (q Ù ~q)] ® p
Pembuktian tak langsung ini berangkat
dari suatu anggapan benar. Kemudian anggapan benar ini dijalankan dengan
hal-hal yang diketahui atau sifat yang telah tersedia, ternyata menghasilkan
sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu yang mustahil, yang
berarti bahwa anggapan yang diambil semula adalah tidak benar (salah).
Pernyataan
”Jika a bilangan real dan a > 0 maka > 0 ” dapat
dibuktikan dengan kontradiksi
Bukti
:
Diketahui a bilangan real dan a > 0 .
Andaikan £ 0. Selanjutnya
digunakan prinsip bahwa hasil kali bilangan positif dan bilangan negatif adalah
negatif, sebagai berikut.
Untuk < 0 berarti
a × < 0 Û 1 < 0 dan
untuk = 0 berarti
a × =0 Û 1= 0 sehingga untuk £ 0 berakibat 1 £ 0 . Hal ini
kontradiksi dengan sifat bilangan 1 bahwa 1 > 0 .
Jadi
yang benar, a > 0 maka > 0 .
C.
Prinsip
Induksi Matematis
Prinsip induksi matematis sering
digunakan sebagai satu cara untuk membuktikan berlakunya suatu hubungan atau
suatu dalil.
Prinsip induksi
matematis menyatakan bahwa:
S adalah himpunan bilangan asli
Jika: a. 1 ϵ S
b. k ϵ S berakibat (k+1) ϵ S
maka memuat semua bilangan
asli yaitu S = N
Contoh
:
1+2+3+…+ n = untuk setiap n ϵ N
1 ϵ S sebab untuk n=1, ruas kiri bernilai
1 dan ruas bernilai =1
Sehingga ruas kiri dan ruas kanan
bernilai sama
Anggaplah k ϵ S,yaitu:
1+2+3+…+ k =
Harus ditunjukan (k+1) ϵ S, yaitu harus
ditunjukan:
1+2+3+…+
k + (k+1) =
1+2+3+…+ k + (k+1) =
Karena:
1+2+3+…+ k =
Maka:
1+2+3+…+
k + (k+1) = + (k+1)
=
+
=
=
1+2+3+…+
k + (k+1) =
Karena
(k+1) ϵ S maka sesuai dengan prinsip induksi matematis, S = N
Yaitu:
1+2+3+…+ n = untuk setiap n ϵ N
II.
KONJEKTUR
(Conjecture)
Dalam teori bilangan terdapat
masalah-masalah yang belum terselesaikan atau belum terpecahkan, yang dinamakan
konjektur. Konjektur (Conjecture = dugaan, perkiraan) yaitu suatu
pernyataan yang kebenarannya belum diketahui atau belum dapat dibuktikan.
Beberapa
konjektur dalam teori bilangan antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Konjektur Fermat
a.
Untuk semua bilangan bulat x, maka x2 -x
-41 adalah bilangan prima, kecuali
x
=41
Contoh
:
Untuk
x=1, maka x2
-x + 41 =41
Untuk
x=2, maka x2
-x + 41 = 43
Untuk
x=3, maka x2
-x + 41 = 47
Untuk
x=4, maka x2
-x + 41 = 53
Untuk
x=5, maka x2
-x + 41 = 61
b.
adalah
bilangan prima.
Contoh
:
Untuk
n=0, maka = =
3 (bilangan
prima)
Untuk
n=1, maka = =
5 (bilangan
prima)
Untuk
n=2, maka = =
17 (bilangan
prima)
Untuk
n=3, maka = =
257 (bilangan
prima)
Untuk
n=4, maka = =
65537 (bilangan prima)
Untuk
n=5, maka = =
4294967297 (bilangan prima)
c.
Untuk n ³ 3, tidak ada bilangan bulat
positif x,y,z yang memenuhi
Konjektur
ini disebut Fermat’s Last Theorem (teorema terakhir Fermat). Sampai
Fermat
meninggal, belum ditemukan bilangan bulat n yang memenuhi
(2) Konjektur Lagrange
Setiap
bilangan asli dapat dinyatakan sebagai jumlah dari empat bilangan kuadrat.
Contoh
:
999
=
(3) Konjektur Goldbach
a.
Setiap bilangan bulat positif genap lebih dari 4 merupakan jumlah dua bilangan
prima ganjil.
Contoh
:
6
= 3 + 3
8
= 3 + 5
10
= 3 + 7
12
= 5 + 7
14
= 3 + 11
30
= 23 + 7
b.
Setiap bilangan bulat positif ganjil lebih dari 8 merupakan jumlah tiga
bilangan prima ganjil.
Contoh
:
9
= 3 + 3 + 3
11
= 3 + 3 + 5
13
= 3 + 5 + 5
19
= 5 + 7 + 7
37
= 11 + 13 + 13
101
= 47 + 43 + 11
c.
Setiap bilangan genap yang lebih besar dari 2 dapat dinyatakan sebagai jumlah
dari dua
bilangan prima.
Contoh
:
4
= 2 + 2
6
= 3 + 3
20
= 7 + 13
50
= 3 + 47
100
= 29 + 71
(4) Konjektur tentang Bilangan Perfek
Bilangan
perfek adalah suatu bilangan bulat positif
yang jumlah semua pembagi
sejatinya
yang positif
sama dengan bilangan itu sendiri. Dengan kata lain, Bilangan Perfek adalah
Bilangan komposit yang jumlah pembaginya tidak termasuk dirinya, sama dengan
dirinya sendiri.
Contoh:
6,
28, 496, 8128, dan 33.550.336.
Pembagi
sejatinya 6 adalah 1,2, dan 3; maka,1 + 2 + 3 = 6.
Pembagi
sejatinya 28 adalah 1,2,4,7, dan 14; maka, 1+ 2 + 4 + 7 +14 = 28
Pembagi
sejatinya 496 adalah 1,2,…, dan 248; maka, 1+ 2 +...+ 248 = 496
Terdapat
beberapa konjektur yang berkaitan dengan bilangan perfek, yaitu :
a.
Banyaknya bilangan perfek adalah takhingga
b.
Semua bilangan perfek adalah genap
c.
Jika )
adalah bilangan prima, maka ))
adalah bilangan perfek.
(5) Konjektur tentang Twin
Primes (Pasangan Prima)
Twin
Primes (Pasangan prima) adalah dua bilangan
prima berurutan yang berselisih 2.
Contoh:
3
dan 5; 5 dan 7; 11 dan 13; 17 dan 19; 29 dan 31; 41 dan 43.
Suatu
konjektur yang berkaitan dengan Twin Primes (Pasangan prima) adalah
:
Banyaknya
pasangan prima (twin prime) adalah tak hingga.
(6) Konjektur tentang
pasangan dua bilangan bersekawan (Amicable)
Bilangan
bersekawan ( Amicable) adalah pasangan dua bilangan
bulat positif yang masing-masing jumlah pembaginya yang positif (tidak termsuk
bilangannya) sama dengan bilangan yang lain. Dengan kata lain, Bilangan
bersekawan (Amicable) adalah Sepasang bilangan komposit a dan b dimana
jumlah faktor-faktor dari a tidak termasuk a sama dengan b dan Jumlah
factor-faktor dari b tidak termasuk b sama dengan a.
Contoh:
220
dan 284; 1184 dan 1210; 17296 dan 18416.
Pembagi 220 yang positif adalah 1, 2, 4, 5, 10, 11, 20, 44, 55, 110
Jumlah
pembagi 220 yang positif adalah 1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 44 + 55 + 110 =
284
Pembagi
284 yang positif adalah 1, 2, 4, 71, 142
Jumlah
pembagi 284 yang positif adalah 1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Suatu konjektur yang berkaitan dengan Bilangan
bersekawan (Amicable) adalah :
Terdapat tak hingga
banyaknya pasangan bilangan bersekawan (Amicable).
Langganan:
Postingan (Atom)